Senin, 19 September 2011

Diary dan Kisah Malang Hewan Peliharaan Zoe

Saat zo menemukan sesuatu bernama “blog” yang awalnya terinspirasi oleh seorang Guru Besar di Hyderabad, India, zo pun kembali menulis dan mulai akrab lagi dengan Laptop kesayangan yang sempat di museum kan sejak zo lulus kuliah setahun lalu, tepatnya bulan oktober 2010. Laptop ini tidak pernah lagi digunakan, begitu juga dengan printernya.

Zo merasa bahwa blog merupakan tempat yang paling cocok untuk menuangkan semua yang ada di fikiran zo. Blog menjadi diary baru untuk zo.

Berbicara tentang diary, zo jadi ingat bahwa zo sudah hobi menulis sejak masih duduk di bangku Madrasah. Zo dulu punya sebuah diary kecil tebal berwarna biru. Awalnya zo terinspirasi oleh seorang gadis tetangga. Saat membaca diary-nya, zo suka karena ia menceritakan kejadian-kejadian sehari-hari dengan penulisan yang sangat menarik dan enak dibaca. Ya dialah orang pertama yang menginspirasi zo dalam menulis.

Namun, diary pertama zo itu telah bercampur lumpur banjir yang pernah melanda kota Bireuen di bulan November 2000. Beberapa halamannya terlepas begitu saja. Kalau diperkirakan, zo mulai menulis sejak tahun 2000, karena zo masih ingat kalau ada beberapa tempelan foto trio Hermione, Harry dan Ron yang zo gunting dari tabloid favorite zo masa kecil, “Tabloid Fantasi”.

Pada tanggal 29 September 2003, zo kembali menulis diary. Saat itu zo masih duduk di kelas 3 SMP Negeri 1 Takengon. Zo tidak lagi menulis di diary khusus, melainkan menulisnya di sebuah buku biasa diantara buku pelajaran yang masih kosong. Alasan zo menulis di buku pelajaran, karena zo tidak mau terlihat cemen (walau sebenarnya memang cemen). Selain itu, menulis dibuku pelajaran juga tidak menimbulkan kecurigaan dan tidak menarik perhatian. Kadang zo menulis diantara jam pelajaran sekolah, karena jika harus menunggu untuk menulis saat tiba dirumah, bisa saja zo akan terlupa akan beberapa bagian menarik yang zo alami.

Di tahun 2006, zo menemukan satu situs bernama multiply.com yang menyediakan fasilitas blog. Interface-nya terbilang menarik dengan template-template yang enak dilihat, namun karena loading yang lumayan lama dan sedikit ribet, membuat zo tidak begitu tertarik untuk menulis disana. Hanya sempat beberapa kali saja.

Zo mulai pindah media penulisan diary ke Laptop Acer yang dibelikan orang tua sebagai hadiah ulang tahun zo yang ke 20, di bulan April tahun 2000. Di laptop tersebut terdapat sebuah aplikasi bernama Ms. OneNote 2007 dengan tampilan dan desain yang terbilang cantik seperti layaknya sebuah buku yang dilengkapi dengan garis yang menarik. Banyak cerita sehari-hari yang zo tuangkan disana. Mulai dari kisah sedih, percintaan dan apapun itu.

Namun di awal tahun 2009, zo berkenalan dengan satu situs pertemanan bernama Facebook. Situs yang zo rasa sangat unik karena tulisan dan curhatan kita bisa dikomentari atau di sukai oleh teman-teman yang lain secara langsung. Disana zo menceritakan apapun yang zo rasakan dan apapun yang zo ketahui. Intinya, zo hanya ingin agar para sahabat merasa dekat dengan mengetahui apa yang zo lihat, yang zo fikirkan dan yang zo rasakan saat itu. Hingga saat ini, zo masih setia dan menikmati menggunakan Facebook.

Hingga akhirnya pada bulan September 2011, zo menemukan blog. Disinilah zo sekarang. Bercerita tentang kisah hidup zo. Beberapa diantaranya zo ambil dari diary dimasa lalu.

Yang pertama, dimulai dari halaman pertama diary yang zo tulis pada tanggal 29 September 2003. Nah yang menarik adalah saat zo membaca tulisan “aku ingin punya kamera, ingin foto-foto atau punya walkman yang bisa ngerekam. Aku ingin jadi seorang fotografer”.

Tulisan yang membuat mata zo berkaca-kaca. Seketika, zo ingat masa itu. Masa dimana zo ingin sekali mempunyai sebuah kamera. Alasan mengapa zo ingin memiliki kamera atau sejenisnya hanya satu: zo ingin mengabadikan semua kejadian yang terjadi dalam hidup.

Ada sedikit niat balas dendam disana.

Berlatar kehidupan masa lalu yang terbilang sulit sehingga membuat zo dan adik tidak seperti anak-anak atau teman-teman lain yang memiliki banyak sekali foto mereka dimasa lalu. Memiliki gambar moment-moment pertumbuhan mereka. Kami tidak memiliki itu. Jadi itulah alasan mengapa zo sangat ingin memiliki kamera, karena zo ingin agar kami memiliki kenang-kenangan yang tergambar abadi untuk dilihat dimasa tua nanti.

Pada saat yang sama zo menuliskan “berat badan kelinci ku naik, mereka telah ku beri nama zoe dan zee”.

Saat membaca tulisan ini, zo tersenyum. Tersenyum karena dengan bodohnya zo memberi nama salah satu kelinci dengan naman zo sendiri. Salah satu hobi zo adalah memelihara hewan, baik itu ayam, kucing, burung, kelinci, marmut, bahkan hamster yang hampir semua nasib hewan-hewan peliharaan zo itu berakhir tragis.

Saat masih kecil, zo sudah memiliki hewan peliharaan. Zo punya seekor kucing yang kami pelihara sejak ia masih sangat kecil. Saking akrabnya, setiap hari ia membangunkan kami dengan menjilati wajah zo dan adik Ida. Selain itu, kami juga tidur ditempat yang sama. Awalnya sempat terfikir, kenapa kucing kami yang satu ini berbeda dengan kucing lain yang disaat malam justru kelayapan kemana-mana. Kucing dirumah ini justru tidur dengan manis disaat malam. Ia ikut tidur tak lama setelah kami naik ke tempat tidur. Begitu setiap malam.

Suatu hari ibu merepet sejadi-jadinya karena si kucing membuang kotoran dibelakang kursi ruang tamu. Kadang ia juga dengan sengaja mengencingi gorden jendela kesayangan Ibu. Ibu pun mengambil keputusan untuk membuang si kucing. Ia harus diantar dan diletakkan jauh di pajak ikan dengan alasan agar ia akan mendapat makan dari ikan-ikan atau apapun yang ada disana.

Si kucing malang dan bandel pun dimasukkan kedalam karung goni. Dengan sepeda, zo mengantarkan si kucing ke pajak ikan yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Pesan Ibu, saat membuang kucing, jangan pernah menoleh kebelakang karena ia akan tahu jalan pulang kerumah. Namun zo tidak percaya sama sekali dengan mitos yang dikatakan oleh Ibu.

Setelah melepas pengikat goni, zo melepaskan si kucing dan menendang pantatnya. Ia pun lari entah kemana.

Saat akan pulang, zo mengayuh sepeda merah kesayangan tanpa melihat kebelakang. Namun belum sampai 10 meter, zo menoleh kebelakang. Hanya iseng dan sekedar ingin membuktikan apakah yang dikatakan Ibu benar atau tidak.

Selama seminggu rumah sedikit terasa sepi karena tak ada si kucing. Tak ada lagi yang menggesek-gesek kaki kami saat makan malam bersama keluarga dimeja makan. Tak ada lagi yang menjilati wajah kami dipagi hari.

Namun, saat zo sedang mengambil lauk dari lemari penyimpanan pada suatu siang, ada suara mengeong dari arah bawah meja makan. Tak disangka dan tak tahu bagaimana ceritanya, kucing kami ada disana. Ia telah kembali.

Zo langsung lari kearah Ibu dan adik yang sedang berada di ruang tamu untuk memberi tahu bahwa kucing kami telah kembali. Ibu kaget begitu juga dengan dek Ida.

Ibu berkata kalau beliau memberi kesempatan kedua bagi si kucing untuk tinggal bersama kami, tapi jika seandainya ia mengulangi kesalahannya yang lalu, maka ia akan dibuang lebih jauh.

Beberapa hari berikutnya, zo mendengar Ibu berteriak dengan teriakan khas beliau. Zo yang baru pulang sekolah bingung dengan apa yang terjadi. Dengan karung ditangan, Ibu menyuruh zo untuk menangkap si kucing dan membuangnya lebih jauh. Akhirnya zo mengantar si kucing ke terminal bus yang lokasinya sangat jauh dari rumah. Saat kembali pulang, zo sama sekali tidak mau melihat kearah belakang.

Si kucing pun tak pernah kembali.

***

Ayah juga punya hewan peliharaan kesayangan, burung jalak hitam yang biasanya suka berada diatas punggung kerbau di sawah. Zo tidak begitu ingat dari mana ayah mendapatkan jalak tersebut. Ayah memelihara burung jalak hitam itu hampir bertahun-tahun, hingga akhirnya si burung jalak bisa menirukan beberapa perkataan manusia seperti “assalamu alaikum” dan “wak” (uwak merupakan sebutan untuk orang yang lebih tua).

Suatu hari saat memberi makan, tanpa sengaja burung jalak milik Ayah terlepas. Zo ketakutan. Takut dimarahi Ayah. Tapi yang menakjubkan adalah si burung jalak hitam tidak terbang jauh. Ia hanya terbang di sekitar rumah. Zo berusaha untuk menangkapnya, tapi tak bisa. Ia begitu lincah menghindar dan melompat kesana kemari. Karena putus asa, zo menunggu Ayah pulang dari berjualan diterminal bus Bireuen.

Saat ayah pulang, si jalak hitam justru terbang disekitar ayah. Dari dalam rumah, zo yakin akan kena marah habis-habisan saat ayah mengetahui jalak kesayangannya lepas. Sesampainya dirumah, Ayah ternyata tidak marah. Ia justru senang karena jalaknya sudah jinak dan tak terbang jauh walaupun sudah lepas dari sangkarnya.

Sejak saat itu, jalak hitam milik Ayah tidak pernah dimasukkan lagi kedalam sangkarnya. Saat ia mau makan, ia masuk kedalam sangkar yang pintunya sengaja kami buka. Walaupun begitu, kami tidak pernah berniat mengurungnya lagi.

Si jalak hitam sering bermain dan berdiri di jembatan tak jauh dibelakang rumah. Ia selalu mengecoh siapa saja yang melintas. Tidak sedikit yang mencoba menangkap jalak milik Ayah saat mereka kebetulan melintas. Namun hal tersebut justru menjadi hiburan tersendiri bagi warga sekitar saat melihat orang-orang tersebut mencoba menangkap si jalak tersebut tapi pernah ada yang berhasil.


 Tiba pada suatu hari, si jalak tak pernah lagi kembali kerumah atau terlihat berdiri di jembatan belakang rumah. Entah siapa yang menangkapnya. Entah siapa yang tega mencuri si jalak hitam yang sudah menjadi hiburan warga sekitar rumah kami disore hari. Semoga si jalak hitam milik Ayah bahagia dengan tempatnya yang baru. Amin.

***

Setiap kali kehilangan satu hewan peliharaan, zo selalu mencari hewan peliharaan baru. Suatu hari zo melihat ada beberapa ekor marmut kecil dan lucu ditempat biasa membeli pakan ayam. Zo pun mengumpulkan uang untuk membeli sepasang marmut. Setelah menahan tidak jajan beberapa hari, akhirnya zo bisa membeli marmut-marmut kecil yang lucu itu.


Ayah senang bila zo memelihara hewan, ia selalu mendukung karena Ayah juga punya hobi yang sama. Kata beliau, memelihara hewan membuat kita belajar bertanggung jawab.

Sangkar yang terbuat dari besi dan berwarna hijau yang dulunya milik si jalak hitam sekarang digunakan untuk menampung pasangan marmut zo yang baru. Setiap hari, dengan semangat zo mencari rumput yang biasanya tumbuh di lapangan untuk dijadikan lantai kandang marmut dan mencari kangkung yang tumbuh di parit belakang rumah untuk makan mereka. Begitu setiap sore.

Semakin lama, marmut peliharaan zo tumbuh besar, hingga kandang yang awalnya terasa cukup untuk tempat mereka berdua mulai terasa sempit. Ayah pun membuat kandang segi empat yang terbuat dari triplek dan disalah satu sisinya diberi kawat agar mereka dengan mudah bisa dilihat. Kandang marmut yang dibuat ayah dengan cantik bercat biru tersebut diletakkan didepan rumah tepat dibawah jendela.

Banyak anak-anak yang datang untuk melihat. Suatu hari ada anak kecil dengan iseng memasukkan tangan kedalam kawat kandang,eh tangannya malah tersangkut. Saat tangannya tersangkut seperti itu, dua marmut zo justru datang mendekat. Mungkin mereka penasaran dengan jari si anak kecil. Si anak pun berteriak histeris seolah-olah seekor monster besar mencoba melumat jari dan berusaha menelan kepalanya. Kami hanya tertawa melihat ekspresi wajah anak itu dan semakin menakut-nakutinya. Mendengar teriakan si anak, Ibunya pun datang dengan wajah garang. Si Ibu pun merepet panjang lebar.

***

Minggu pagi yang cerah. Seperti biasa zo harus mengganti lantai rumput di dalam kandang marmut yang sudah lepek karena kotoran dan air seni mereka yang baunya juga sudah terasa menyengat. Saat menarik keluar rumput-rumput tersebut, betapa kagetnya zo melihat ada empat anggota baru. Anggota kecil marmut yang sangat lucu. Sama lucunya seperti saat pertama kali melihat ayah dan ibu mereka di kandang tempat penjualan hewan. Sejak itu zo semakin giat mencari makanan untuk marmut-marmut zo.

Singkat cerita, anak-anaknya pun semakin besar sehingga kandang terasa sedikit sempit dari sebelumnya. Akhirnya zo melepaskan mereka disebuah ladang tak jauh dari rumah zo. Mungkin mereka bisa mencari makan sepuasnya dengan rumput-rumput dan dedaunan yang ada disana. Zo tidak pernah menyangka kalau marmut-marmut yang zo lepas ternyata kembali kekandangnya dimalam hari, namun menghilang lagi ke ladang dipagi hari.

Zo mendapat ide untuk membuat sebuah lubang tikus tepat dipintunya. Sehingga mereka bisa kembali pulang saat mereka ingin, dan seandainya ada yang ingin mencuri, maka akan sedikit sulit karena pintunya tetap zo kunci dengan gembok.

Namun, Sejak banjir yang terjadi dibulan November 2001, zo tidak pernah melihat mereka lagi. Mungkin saja mereka juga ikut terbawa arus banjir. Karena ketinggian air saat itu hingga hampir mencapai atap rumah. Begitu juga dengan ladang tempat mereka mencari makan, semua terendam habis.

***

Setelah pindah ke Takengon, zo lagi-lagi ingin memelihara hewan. Kebetulan, disebelah rumah kami masih berupa halaman yang sangat luas membuat zo semakin ingin untuk memelihara sesuatu.

Saat pulang sekolah, zo bertemu dengan seorang penjual hewan peliharaan yang selalu membawa barang dagangannya menggunakan becak barang didayung. Ia menjual beberapa jenis hewan peliharaan seperti unggas, kelinci dan beberapa jenis hewan peliharaan lain. Dan zo tertarik dengan kandang berisi kelinci-kelinci kecil yang sangat lucu dan imut.

Zo ingin memilikinya, tapi harganya sangat mahal, sekitar 35ribu per-ekor. Sedangkan jajan zo saja cuma 3.000 saat itu. Jadi zo harus bersabar dan menabung kembali.

Setelah uang terkumpul dan meminta izin pada orang tua, akhirnya zo bisa memiliki kelinci-kelinci itu. Kelinci berwana putih dan hitam. Kelinci betina berwarna putih bernama “zee” sedangkan yang hitam dan berkelamin jantan zo beri nama “zoe” (parah banget kan).


Setelah cukup lama memelihara, zo merasa heran karena kelincinya masih begitu-begitu saja alias tak bertambah.

Ternyata setelah diselidiki oleh Ayah, rupanya kedua kelinci itu berkelamin sama: betina. Ya ampun.

Tidak ingin zo semakin kecewa, Ayah pun membeli seekor kelinci yang berkelamin “benar-benar jantan” dan kata Ayah: sudah siap untuk dikawinkan. Ketika diperhatikan, ternyata bentuk kelinci jantan dan betina memang berbeda. Zo jadi malu, kenapa zo begitu bodoh saat si abang penjual hewan bilang kalau kelinci yang zo beli adalah sepasang. Si abang yang jahat atau zo yang terlalu bodoh ya?

***

Tak lama setelah zo memelihara kelinci jantan, mereka punya kebiasaan baru, yaitu mengorek-ngorek tanah dan membuat lubang. Didalam kandang berlantai tanah yang dibuat Ayah tepat di samping rumah kini telah memiliki begitu banyak lobang disana-sini. Siang itu, zo sengaja mengamati mereka saat membuat lobang dan merasa takjub saat melihat mereka mendorong tanahnya keatas. Mukanya lucu sekali.

Setiap sore, zo mencari kangkung untuk kelinci-kelinci zo. Tak jauh dari rumah kami terdapat sebuah ladang kangkung yang luas. Setiap sore si nenek pemilik ladang tersebut memanen kangkung untuk dijual ke pasar keesokan paginya. Ada beberapa bagian kangkung yang tidak terpakai dan dibuang, nah itulah yang zo ambil sebanyak satu ember penuh, bahkan lebih.

Kangkung yang zo ambil dalam jumlah banyak sehari sebelumnya selalu habis begitu saja tanpa sisa. Melihat ketiga kelinci zo makan dengan lahap membuat zo semakin semangat untuk mengambil dan si nenek pemilik ladang juga senang karena merasa terbantu mengurangi sampah sisa kangkung yang baru ia panen.

***

Zo ingin melihat kelinci-kelinci kesayangan zo di satu minggu pagi. Tapi zo kaget karena tidak menemukan mereka didalam kandangnya. Tak satupun. Zo bingung, apa mereka terlepas tanpa sengaja?.

Zo pun masuk kedalam kandang dan mengintip kedalam lubang. Betapa kagetnya zo saat seekor kelinci putih kecil bermata merah keluar dengan cepat mendekat kearah zo. Zo terpental karena kaget.

Zo berteriak mengabarkan berita ini ke seluruh isi rumah. Semua tak percaya kalau kelinci-kelinci zo telah melahirkan enam anak yang sangat lucu-lucu. Namun malang, si ibu kelinci justru mati saat melahirkan anak-anaknya. Mati syahid.

Setelah anak-anaknya tumbuh besar, zo juga memutuskan untuk melepas mereka agar bisa bermain dengan riang dan leluasa di lapangan luas disamping rumah yang dulu merupakan bekas bedengan sawah yang telah mengering dan ditumbuhi banyak rumput. Sama seperti marmut peliharaan zo sebelumnya, setiap hari mereka pergi keluar kandang dan malam hari kembali untuk tidur didalam lubang-lubang yang mereka buat.

Ada beberapa sahabat dan saudara yang tertarik dan suka dengan kelinci yang zo pelihara. Satu persatu kelinci zo diambil oleh saudara-saudara dan sahabat-sahabat. Mendengar niat mereka yang ingin membantu memelihara, zo pun menyerahkan kelinci-kelinci kesayangan zo itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar