Kisah ini bermula jauh saat Ayah dan Ibu memutuskan untuk merantau dan mengadu nasib ke negeri orang di Aceh dari kampung asalnya di Sidempuan demi memperbaiki perekonomian keluarga.
Ketika masih tinggal disalah satu desa di Sidempuan, Ayah dan Ibu hanya bekerja sebagai petani yang menggarap sawah orang lain dan beberapa petak sawah milik keluarga.
Di Aceh, awalnya kami tinggal di Bireun (dulu masih bagian dari Aceh Utara). Namun kerusuhan yang terus terjadi pada tahun 2000-an membuat ayah yang mencari nafkah sebagai pedagang buah salak di terminal bus Bireun merasa khawatir dan takut karena pada saat itu penduduk asli sajalah yang diizinkan menetap di Aceh. Orang-orang pendatang dari Jawa diusir dan harus kembali ke daerah asal mereka yaitu Pulau Jawa. Itu juga yang membuat zo kehilangan seorang sahabat kecil bernama Mustaqim yang berasal dari Solo.
Ayah memutuskan mencari daerah lain untuk mencari nafkah dengan tidak dilingkupi rasa was-was dan ketakutan. Hingga akhirnya sahabat Ayah mengajak beliau mengadu nasib di daerah Takengon, Aceh Tengah. Didaerah ini keadaan masih sedikit kondusif dimana masih tersisa beberapa pendatang, baik itu orang-orang suku Jawa, Batak ataupun Padang. Karena ini merupakan kota baru bagi Ayah, Ayah masih mencoba mengenal daerah tersebut dan bekerja menarik Becak Mesin karena untuk berdagang Ayah belum menemukan tempat berdagang dan pelanggan.
Tak lama, Ayah memutuskan membangun kembali usaha dagang beliau dari Nol. Ayah mulai menggelar dagangannya diatas sebuah becak mesin yang sebelumnya ia gunakan untuk menarik penumpang. Beliau memodifikasi becak tersebut dan mengganti gerobak yang biasanya untuk menaikkan penumpang dengan papan yang disusun agar bisa menampung dan menggelar salak diatasnya. Ayah berjualan diatas becak tersebut karena pada saat itu beliau belum menemukan lapak untuk berjualan.
Beberapa kali ayah harus diusir oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena dianggap mengganggu pandangan dan keindahan jalan, padahal ayah sama sekali tidak mengganggu ketertiban lalu lintas. Beliau hanya berjualan didepan sebuah warung mie (milik orang Minang) dan telah mendapat persetujuan dari pemilik warung tersebut.
Ayah sering pulang kerumah tengah hari walaupun barang dagangannya belum habis terjual karena diusir oleh Satpol PP. Beberapa kali dagangan Ayah diobrak abrik dan dibongkar paksa oleh mereka.
Dek Ida dengan ikhlas menggantikan Ayah berjualan |
Sempat sekali saat ayah pulang untuk sholat Jumat dan barang dagangan beliau dijaga oleh adik Ida (adik zo yang saat itu masih kelas 1 SMP), tak lama tiba-tiba Satpol PP datang dan mengobrak abrik tumpukan buah salak barang dagangan Ayah. Betapa miris hati bila zo mengenang saat-saat tak berperi kemanusiaan itu. Dimana hati mereka saat harus melihat adik perempuan kecil zo harus mengutipi buah demi buah salak yang berceceran dan berserak di sepanjang jalan. Sejak saat itu zo begitu benci mendarah daging dan trauma dengan SATUAN POLISI PAMONG PRAJA manapun. Karena menurut zo mereka tidak punya hati.
Hal itu zo jadikan motivasi yang membangun agar suatu hari nanti zo bisa membantu kedua orang tua keluar dari keadaan seperti ini.
Pada saat itu, zo berfikir bahwa zo tidak mungkin bisa membahagiakan mereka dengan materi, namun zo bisa membahagiakan mereka dengan prestasi yang zo raih. Oleh karena itu sejak SMP zo selalu berusaha kejar-kejaran prestasi dengan teman yang lain. Merupakan hal yang membahagiakan pada saat hari pembagian Rapot, zo pulang kerumah dan mengatakan pada ibu dan ayah bahwa zo juara kelas. Melihat rona bahagia yang terpancar dari wajah dan mata mereka merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat bagi seorang zo kecil. Itu terus berlanjut hingga SMK, dimana zo selalu terpilih untuk mengikuti pertandingan Debat tingkat SMA sederajat se-Nanggroe Aceh Darussalam di Langsa dan Lhokseumawe serta berhasil meraih Juara 3 sekaligus 2nd Best Speaker se-Nanggroe Aceh Darussalam. Prestasi lain yang zo dapat adalah menjadi siswa terbaik dengan nilai tertinggi di sekolah SMK Negeri 1 Takengon. Sangat berkesan saat zo mendapat Nilai Ebtanas Murni 9,20 untuk pelajaran Bahasa Inggris dan murni tanpa bantuan siapapun.
Politeknik LP3I's English Speaking Club, Medan |
Saat harus melanjutkan ke perguruan tinggi, zo tidak memilih Universitas Sumatera Utara ataupun Universitas Negeri Medan yang saat itu masih sangat-sangat favorit, zo lebih memilih kuliah di Politeknik LP3I Medan (dimana akhirnya zo bertemu dengan Sir. Susanto dan Mrs. Deri Nanda yang sedikit banyak merubah jalan hidup zo hingga sekarang). Salah satu alasan zo memilih kampus tersebut karena ada Jaminan Penempatan Kerja, dimana yang zo fikirkan saat itu adalah “zo harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga saat ini”. Walau dengan biaya yang terbilang mahal, namun ayah tetap optimis bahwa zo akan dan harus berhasil. Oleh karena itu, beliau bekerja lebih keras demi menjadikan zo berhasil hingga menyelesaikan kuliah zo.
Tentu saja itu menjadikan zo sangat termotivasi agar tidak mengecewakan mereka dan harus terus berprestasi. Zo terus berusaha tampil di kelas dengan segala kemampuan yang zo miliki hingga akhirnya pada 18 Mei 2008 merupakan titik balik seorang zo harahap untuk dikenal oleh banyak orang.
Piala-Piala yang pernah zo raih di Ruang Direktur LP3I |
Pada saat itu zo menjuarai pertandingan Debat Bahasa Inggris tingkat perguruan tinggi dan SMA se Sumatera Utara yang digelar oleh Museum Rahmad Shah Medan, dilanjutkan kembali dengan kemenangan yang sama beberapa hari setelahnya di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Dalam kedua perlombaan itu zo dan seorang partner, Martha Lorija Afrida Manurung harus melawan pesaing atau senior-senior kami, karena saat bertanding waktu itu kami masih duduk di smester awal.
Awal Januari tahun 2009, kampus LP3I Gajah Mada mengadakan seleksi peserta IVED 12 (Indonesian Versities English Debate) yang akan diadakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Zo berusaha mati-matian agar bisa terpilih menjadi peserta dan bisa ke Yogyakarta. Sejak dulu zo punya cita-cita agar seorang zo harahap yang anak kampung ini tidak selamanya berada dan tertahan di pulau Sumatera, zo harus bisa menginjakkan kaki dan memperluas wawasan serta mengenal orang-orang diluar pulau sana, zo harus berkembang! Alhamdulillah akhirnya zo terpilih menjadi First Speaker dalam tim dan untuk pertama kalinya dalam seumur hidup zo naik Pesawat Terbang ke Pulau Jawa, sesuatu hal yang tak pernah terbayangkan oleh seorang zo harahap yang datang jauh dari kampung ini.
Berita ini merupakan berita paling membahagiakan bagi keluarga zo yang tak pernah membayangkan anaknya bisa pergi jauh ke Pulau Jawa dan naik Pesawat Terbang pula. Satu hal yang tidak mungkin bisa terjadi bila saja zo melihat latar belakang keluarga dimana ayah yang hanya seorang pedagang salak yang selalu main kucing-kucingan dengan Satpol PP.
Saat itu Ayah dan Ibu tak bisa menahan haru dan air mata mereka. Tangisan kebahagian seperti ini lah yang zo harapkan, bukan tangis kesedihan yang selama ini zo saksikan.
Kebahagian mendalam dan Pengalaman pertama zoe naik Pesawat Terbang ke Yogyakarta |
Setelah perjuangan yang benar-benar menguras tenaga serta fikiran, akhirnya dengan senyum kami pulang kemedan dengan gelar “Best New Comers”, tak masalah bagi kami walau belum menyandang gelar juara, karena kami memang masih pemula dan disana harus melawan tim-tim yang memang sudah senior serta juara-juara bertahan di pertandingan debat tersebut. Ini merupakan kebanggaan tersendiri yang sangat membahagiakan untuk dikenang.
Semasa kuliah, zo jarang pulang kekampung dan jarang bertemu dengan orang tua. Selain dikarenakan oleh kuliah, sejak di Medan zo berusaha mencari pekerjaan agar tidak terlalu memberatkan orang tua dikampung, karena mereka juga harus membiayai adik-adik zo yang lain. Beberapa lamaran terus zo layangkan, berharap diantara mereka ada yang mau menerima pekerja paruh waktu. Tapi dari sekian banyak lamaran yang zo layangkan tak satupun mendapat tanggapan. Zo hanya yakin bahwa Allah punya rencana yang baik untuk zo, karena Ia selalu memiliki rahasia baik untuk umat-Nya.
Hingga pada 28 Maret 2009, zo mendapat tawaran menjadi MC pada sebuah “Festival Band dan Modern Dance siswa siswi se kota Medan” yang diselenggarakan oleh Politeknik LP3I Medan. Berbekal kepercayaan diri dan kemampuan berbicara dihadapan orang banyak yang zo peroleh dari kegiatan-kegiatan dan perlombaan-perlombaan debat yang diajarkan oleh Sir. Susanto dan di bombing oleh Mrs. Deri Nanda, dengan mantap zo menerima tawaran tersebut. Sejak saat itu zo mulai dilirik oleh beberapa penyelenggara untuk menjadi MC pada acara-acara mereka. Itulah awal debut zo di dunia panggung sebagai MC.
Tak disangka pada 13 Januari 2010, Tim penyelenggara pertandingan bola basket tingkat Nasional asal Surabaya “Development Basket Ball League” (DBL), menggelar pertandingan bola basket tingkat SMA se Sumatera Utara. Yang membanggakan adalah mereka khusus mencari dan menjadikan zo sebagai MC di acara akbar mereka tersebut. Hingga sekarang, Alhamdulillah tawaran menjadi MC terus berdatangan. Ini berkat motivasi dan pelajaran debat yang pernah zo dapatkan dari Sir. Susanto. “Terima Kasih ya Sir….”
Untuk kesekian kalinya, kesempatan dari Allah datang pada zo. Pada tanggal 25 April 2009, zo didaulat oleh kampus Politeknik LP3I Medan bersama dua orang teman lainnya untuk mengikuti “Leadership Camp” yang diadakan oleh 45 cabang LP3I seluruh Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur. Selain selama Camp kami diajarkan banyak hal mengenai Kepemimpinan, disana juga diadakan lomba Kepemimpinan, Inovasi dan Kreatifitas serta lomba Outbond dimana kami berhasil memperoleh Juara Harapan. Walau belum berhasil menyabet juara 1, yang terpenting adalah Ilmu serta Pengalaman yang zo dapatkan selama Camp dan selama bergaul dengan teman-teman dari seluruh Indonesia.
15 November 2009, zo mendapat telepon bahwa Ibu tercinta dirawat dirumah sakit. Sebenarnya sudah beberapa hari beliau dirawat disana, tapi Ayah tidak ingin memberi kabar kepada zo dengan alasan beliau takut mengganggu konsentrasi belajar zo. Namun karena kondisi Ibu yang semakin buruk, Ayah terpaksa dan mau tak mau harus mengabari zo. Benar saja, kabar itu membuat zo begitu sedih, lemas dan terpuruk.
Kali ini pulang ke Takengon rasanya tidak seperti biasanya, selama perjalanan bukan perasaan senang akan bertemu dengan keluarga yang zo rasakan, namun rasa sedih mengingat kondisi ibu yang sedang dirawat dirumah sakit.
Saat mini bus yang mengantar zo tiba tepat didepan pintu, tak ada sambutan seperti biasa yang zo rasakan, tak ada senyum dari adik-adik kecil zo yang menyambut kedatangan abangnya dari Medan. Tak ada kata “mana oleh-oleh” yang zo dengar keluar dari mulut kecil adik zo.
Semua kosong dan sepi menyayat-nyayat hati.
Saat membuka pintu, di ruang tamu adik Ida (adik yang sudah SMA saat itu) sedang mengayun adik zo yang masih berumur beberapa bulan diayunan, mereka begitu lusuh karena tidak ada ibu disana. Zo langsung memeluk mereka dengan sedih, iba dengan nasib mereka yang ditinggal oleh ibu dirumah sakit.
Tak lama zo langsung ke rumah sakit bersama adik-adik. Disana zo melihat Ibu terbaring lemah tak berdaya dengan jarum infus tergantung dan melekat ditangannya. Ibu yang tertidur langsung terisak saat melihat kedatangan zo. Satu kata yang membuat zo akhirnya tak sanggup membendung air mata adalah “mamak kira gak akan bisa melihat sakti lagi nak” (sakti panggilan zo dirumah).
Hasil analisa dan pemeriksaan dokter, Ibu menderita gangguan syaraf di bagian belakang kepalanya yang mengakibatkan Ibu tidak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuhnya karena lemas dan beberapa bagian lainnya kaku. Kata dokter, Ibu tidak boleh merasa tertekan, merasa sedih ataupun mendengar berita buruk yang mengejutkan hingga membuat beliau shock.
Dek Ida dengan Sabar menjaga adik kecil dirumah |
Sepanjang malam saat Ibu masih dirumah sakit, zo dan adik Ida lah yang menjaga adik-adik kecil kami dirumah, sedangkan ayah menjaga ibu dirumah sakit. Sepanjang malam zo tidak bisa tidur dan harus mengayun adik yang paling kecil dan masih berumur beberapa bulan itu terus menerus, karena kalau ayunannya berhenti, ia bisa saja terbangun. Kalau sudah terbangun, ia akan menangis sejadi-jadinya dan minta menyusu pada Ibu. Sempat saking sedihnya zo menenangkan adik zo yang tak kunjung berhenti menangis walau sudah dibuatkan susu tersebut, ia tetap memanggil-manggil nama Ibu, tanpa sadar air mata zo pun menitik begitu saja, sedih melihat adik zo yang harus mengalami nasib sedih seperti ini.
Saat ibu tebaring lemah di Rumah Sakit |
Saat itu dokter menyarankan agar Ibu terus diberi semangat, usahakan agar beliau mendengar hal-hal membahagiakan yang bisa menimbulkan semangat beliau agar terus berjuang dan kembali pulih seperti sedia kala.
Sejak saat itu, zo termotivasi harus terus berprestasi dan selalu memberi kabar baik serta membahagiakan pada mereka dikampung. Setiap kali zo mendapatkan prestasi, dengan segera zo mengirimkan kabar demi kesembuhan ibu tercinta.
Sejak saat itu, zo termotivasi harus terus berprestasi dan selalu memberi kabar baik serta membahagiakan pada mereka dikampung. Setiap kali zo mendapatkan prestasi, dengan segera zo mengirimkan kabar demi kesembuhan ibu tercinta.
Alhamdulillah, dengan usaha dan kesabaran semua anggota keluarga dan semangat yang terus beliau dapatkan, Ibu berangsur-angsur pulih walau beberapa kali kondisinya drop. Zo berjanji pada diri sendiri, Ibu atau siapapun dari keluarga kami jangan sampai kembali lagi ke rumah sakit itu, karena zo tidak ingin kalau adik-adik atau siapapun merasa kesedihan lagi.
Di tahun terakhir kami kuliah di LP3I, zo masih diberi kesempatan oleh Allah karena terpilih menjadi peserta NUEDC (National Universities English Debate Championship) yang diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta pada tanggal 11-16 Juni 2010 dilanjutkan dengan NPEDC (National Polytechnics English Debate Contest) yang diadakan oleh Politeknik Negeri Samarinda, Kalimantan pada tanggal 20-24 Juni 2010.
Alhamdulilah kami mendapat peringkat Juara Harapan 1 alias peringkat ke 4 setelah berusaha dan bersaing keras diantara 32 lebih Politeknik dari seluruh Indonesia. Kekalahan kami adalah saat melawan Politeknik dari Bali. Namun ada kebahagiaan tersendiri saat kami berhasil mengalahkan Politeknik Negeri Semarang yang saat mengikuti IVED12 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berhasil mengalahkan dan mempermalukan kami.
Dengan berita-berita membahagiakan yang terus zo hujankan ke hadapan kedua orang tua dan menjadi kebanggaan bagi adik-adik zo, membuat kesehatan Ibu terus berangsur pulih. Hingga saat lulus kuliah dari Politeknik LP3I Medan, zo diterima bekerja di kantor DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA SUMATERA UTARA. Alhamdulillah dengan gaji tak seberapa yang zo dapat, hampir setiap bulan zo sudah bisa mengirimkan uang jajan untuk ke tiga adik zo di Takengon dan terus berdoa serta berusaha agar penyakit yang ibu derita tidak kambuh lagi sehingga beliau dinyatakan sembuh total. Semoga beliau bisa sembuh total dan keluarga yang menjadi motivasi zo terus dipanjangkan umurnya dan diberi kesehatan oleh Allah SWT, Amin.
Bagus zoe....
BalasHapussering2 za seperti ini zoe...
tinggal di poles dikit.. bisa jadi novel nih...
wah ada kang imam..
BalasHapusmakasih ya kang..
ini masih pemula..
blog dirimu unik ya dengan button-button itu..
hehehehe...
terima kasih telah berkunjung..
walah.... blog aku mah kepaksa terbuat itu neng zozo... :D
BalasHapuswaww....
BalasHapusdah bisa dicetak nih bukunya.....
terima kasih atas komentar-komentar baiknya..
BalasHapussemakin termotivasi nih..
tunggu kelanjutan-kelanjutan cerita zo dengan lebih detil yah..
makasih banyak
mantap kali...luar biasa...
BalasHapusmakasih ya Sir...
BalasHapusini semua terinspirasi oleh Sir. Susanto..
hehehehe